Jumat, 25 November 2011

Perempuan di Papua

Di siang hari yang terik pada saat kunjungan saya ke salah satu kampung di Teluk Bintuni, seorang kolega pria yang juga orang Papua asli berkata: "Janganlah wanita di Papua ini seperti burung Cendrawasih.  Burung Cendrawasih betina akan mencari makan untuk keluarganya sementara burung Cendrawasih jantan hanya meminta dan menunggu diberi makan oleh betinanya.  Itulah sebabnya Cendrawasih dijadikan symbol Papua.  Tapi jadikanlah wanita di Papua motor penggerak untuk pembangunan dan kemajuan masyarakatnya karena wanita Papua lebih perduli terhadap kemajuan keluarga dan masyarakatnya".  Menarik sekali pendapat kolega saya tersebut, apalagi dia adalah laki-laki Papua.  Burung Cenderawasih jantan dikenal sebagai burung jantan yang akan meninggalkan betinanya bertelur dan mengurus anak-anaknya sendiri, sementara burung jantan mencari betina yang lain untuk dikawini.

Cerita kolega saya membuat saya tersentak dan memikirkan program-program sosial yang dilakukan perusahaan tempat saya bekerja di daerah Papua Barat untuk mengangkat kesejahteraan penduduk kampung di sekitar proyek perusahaan, terutama di bidang kesehatan, pendidikan,  pemerintahan  dan peningkatan pendapatan.  Program sosial ini sudah berjalan 5 tahun dan nyatanya salah satu faktor utama yang mensukseskan peningkatan kesejahteraan tersebut adalah karena peran para wanita di kampung.

Mengapa program-program peningkatan kesejahteraan di Papua ini lebih berhasil karena peran perempuan?  Yang saya amati, ibu-ibu di Papua sangat perduli dengan kemajuan anak-anaknya, seperti ibu-ibu lain pada umumnya.  Hasil pendapatan mereka tabung untuk pendidikan anak-anak mereka di kemudian hari dan hampir tidak ada yang digunakan untuk menyenangkan diri sendiri.  Hal ini berbeda dengan bapak-bapak yang umumnya senang minum alkohol, membeli barang-barang hiburan dan bersenang-senang apabila mereka mendapatkan banyak uang.  Untungnya bapak-bapak ini cukup perduli dengan pendidikan anak-anaknya dan ada juga beberapa bapak-bapak yang rajin membantu pertanian yang dikerjakan istrinya.

Para wanita di Papua juga fokus kepada hal-hal yang dibutuhkan pada saat itu.  Bila ditanya apa kebutuhan mereka, mereka akan menjawab tentang hal-hal yang praktis, misalnya perlengkapan di Posyandu yang kurang, gaji guru yang belum dibayarkan, atau keinginan untuk membuka toko di koperasi.  Keinginan ibu-ibu berbeda dengan keinginan bapak-bapak yang umumnya menginginkan lebih banyak dana bantuan atau ganti rugi.  Menurut saya perempuan di Papua adalah problem solver yang cerdas dan berdedikasi.
 
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman saya dengan wanita-wanita di Papua ini?  Banyak sekali tentunya karena bukan jenis kelaminnya yang penting untuk pembangunan Papua ini tapi kualitas yang dimiliki oleh penduduknya.  Kualitas yang saya dapatkan pada wanita di Papua yang dapat memajukan masyarakatnya antara lain:
  1. Keperdulian yang tinggi kepada kesejahteraan anak-anak dan keluarganya sehingga mengalahkan keinginan untuk bersenang-senang untuk dirinya sendiri.
  2. Kemauan untuk belajar dan maju karena hal tersebut akan membantu kemajuan keluarganya
  3. Keberanian untuk mulai menyampaikan pendapat kepada kaum laki-laki yang dalam sejarah dan budaya Papua lebih dominan dan berkuasa
  4. Kejujuran dan integritas didasarkan keinginan untuk memajukan keluarga dan sukunya. 
  5. Kemampuan untuk fokus dalam memecahkan masalah-masalah yang praktis
  6. Kecenderungan para wanita untuk bekerja sama secara team work demi kepentingan kelompok yang lebih luas
Melihat kualitas-kualitas ini dalam wanita di Papua, saya merasa jangan-jangan program yang dibutuhkan di Papua adalah "men empowerment", tidak hanya "women empowerment".  Tentunya agar para laki-laki di Papua juga bisa mempunyai kualitas-kualitas yang saya dapatkan dalam perempuan Papua.

Alhamdulillah saya bersyukur bisa mendapatkan pelajaran dari wanita di Papua.  Hal ini juga membuat saya berpikir, bagaimanakah sebaiknya program-program sosial dari perusahaan agar hasilnya maksimal dalam meningkatkan kesejahteraan kampung-kampung di Papua.   Alangkah baiknya bila penduduk pria dan wanita di Papua bisa meningkatkan kualitas manusianya sehingga kesejahteraan yang diinginkan bisa tercapai.  Burung Cenderawasih akan menjadi symbol keunikan satwa Papua dan bukan menjadi symbol perempuan Papua yang tidak berdaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar